Selasa, 14 Juni 2016

Makalah Instrumen Konseling (Tes Bakat Pembedaan)



BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang
Tes bakat muncul karena pemikiran para psikolog bahwa tes inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari inteligensi, dimana hal ini saja tidaklah cukup karena tidak semua aspek penting terwakili karena cakupannya yang agak terbatas. Bahkan sebelum PD I, para psikolog mulai mengakui perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan serta dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan militer. Sehingga beberapa tes kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat, misalnya pada tahun 1920-an sejumlah tes inteligensi berubah menjadi tes bakat sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk menyusun tes semacam ini telah tersedia.
Bakat merupakan suatu konsistensi kerakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk menguasai suatu pengetahuan khusus, keterampilan atau serangkaian respon yang terorganisir atau kemampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau menonjol dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat.
2.        Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud Tes Bakat Pembedaan (DAT) ?
2.    Apa saja subtes dalam  Tes Bakat Pembedaan (DAT) ?
3.    Bagaimana pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan (DAT) ?

3.        Tujuan
1.      Agar mengetahui dan memahami mengenai Tes Bakat Pembedaan (DAT).
2.      Agar mengetahui dan mengerti subtes-subtes dalam Tes Bakat Pembedaan (DAT).
3.      Agar mengetahui cara pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan (DAT).


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Tes Bakat Pembedaan (DAT)
Differential Aptitude Test (DAT), dikembangkan pada tahun 1947 dengan memandukan prosedur ilmiah dan prosedur pembakuan untuk mengungkap kemampuan (ability) para siswa/i kelas IX SMP – kelas XII SMA/SMK untuk tujuan bimbingan kependidikan dan bimbingan karir. Walaupun tes tersebut dikonstruksi terutama bagi para siswa SMP dan SMA/SMK, namun tes ini juga bisa digunakan dalam konseling pendidikan dan konseling karir bagi para pemuda/i remaja yang telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah dan dalam penyaringan tenaga kerja. Tes ini juga dirancang untuk memenuhi keperluan para konselor dalam membantu memberikan layanan bimbingan dan konseling dan bagi para psikolog dalam membantu kliennya.
Tahun 1963, Differential Aptitude Test (Tes Bakat Pembedaan) diperlukan kembali untuk memenuhi tuntutan yang semakin luas khususnya dalam program bimbingan dan konseling. Tes ini adalah suatu instrumen tes yang dibakukan kembali secara menyeluruh pada suatu sampel yang luas lebih dari 5.000 kasus. Baterai yang tetap memberikan skors terhadap delapan kemampuan yang sama dan juga memberikan skors ke Sembilan (penalaran verbal + kemampuan angka) yaitu mengungkap Bakat Skolastik Umum atau intelegensi.
Yang termasuk dalam baterai Differential Aptitude Test (DAT) adalah sebagai berikut:
a.       Penalaran Verbal (Verbal Reasoning)
b.      Kemampuan Angka (Numerical Ability)
c.       Penalaran Abstrak (Abstrac Reasoning)
d.      Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and Accuracy)
e.       Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning)
f.       Relasi Ruang (Space Relation)
g.      Pemakaian Bahasa I: Mengeja (Language Usage – I : Spelling)
h.      Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa (Language Usage – II : Grammar)[1]

B.       Deskripsi Kedelapan Subtes dalam DAT
Tes ini dirancang untuk mengungkap kemampuan intelektual yang paling mendasar dan sedapat mungkin menghindari ketergantungan atau keterkaitan dengan mata pelajaran tertentu yang diberikan sekolah. Tiap-tiap tes bermaksud memberikan suatu sumbangan yang unik untuk memahami individu siswa, hal ini akan memberikan keuntungan dengan mempertimbangkan dua sub-kelompok atau beberapa skors secara bersama-sama. Tes Penalaran Verbal (VR), Kemampuan Angka (NA), dan Penalaran Abstrak (AR), mengungkap tentang fungsi-fungsi yang berhubungan dengan “Intelegensi Umum”.
Relasi Ruang (Space Relation) dan Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning) berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membayangkan atau menggambarkan secara konkret objek-objek dan memanipulasi visualisasinya, untuk mengenal prinsip-prinsip dan lingkungan fisik yang terjadi setiap hari. Tes Kecepatan dan Ketelitian Klerikal serta Tes Penggunaan Bahasa: Mengeja dan Tata Bahasa menyajikan sekelompok keterampilan yang diterapkan pada bermacam-macam kantor.
1.    Penalaran Verbal (Verbal Reasoning = VR)
Subtes Penalaran Verbal (Verbal Reasoning) adalah suatu tes bakat yang mengungkap kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Tes ini bertujuan menilai kemampuan siswa untuk mengabstraksi (meringkas) atau menggeneralisasi serta berpikir secara konstruktif dibandingkan dengan kepasihan atau pengenalan pembendaharaan kata saja. Soal-soal tes berbentuk analogis atau persamaan kata sesuai untuk mengungkap kemampuan penalaran. Tipe soal analogis tertentu yang dijumpai dalam tes ini berguna karena hal ini menetapkan :
a.       Suatu soal yang mencakup berbagai bidang atau bersifat serbaguna.
b.      Suatu tes yang mengungkap penalaran yang relatif kompleks dan tidak begitu rumit ataupun tidak hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu saja.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa subtes penalaran verbal ini akan mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang dapat memahami ide-ide yang diekspresikan dengan menggunakan kata-kata (verbal), dan bagaimana jelasnya seseorang dapat berpikir dan menalar dengan kata-kata.
Penalaran verbal adalah sesuatu yang penting dalam semua aktivitas akademis dan nonakademis di sekolah menengah. Jika seseorang hanya menempuh satu subtes saja, maka subtes penalaran verbal dapat dijadikan prediktor yang baik secara keseluruhan terhadap bagaimana ia melakukan aktivitas di sekolah, terutama dalam mata pelajaran akademis.
Tipe soal-soal (item) yang mencakup berbagai bidang atau bersifat serbaguna dalam tes ini strukturnya memerlukan pola piker yang riil untuk memberikan jawaban (respons) yang benar terhadap masing-masing butir soal. Di samping itu, butir-butir soal ini dapat bersumber dari sejarah, geografi, kepustakaan, ilmu pengetahuan, dan dari bidang-bidang lainnya. Jadi, butir-butir soal merupakan sampel dari pengetahuan siswa dan kemampuannya dengan relasi abstrak yang menjadi sifat dalam pengetahuan itu.
2.      Kemampuan Angka (Numerical Ability = NA)
Butir-butir soal tes kemampuan angka dirancang untuk mengungkap pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep menurut angka-angka. Masalah disusun dalam tipe soal yang biasanya disebut “perhitungan aritmatik”. Tes ini direncanakan dengan maksud lebih menekankan penggunaan akal dalam menangani konsep dan jawaban yang diskors dengan prinsip yang ada dalam pikiran.
Subtes kemampuan angka ini akan mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk angka-angka; dan bagaimana jelasnya seseorang dapat berpikir dan menalar dengan angka-angka, menggunakan atau memanipulasi relasi dengan angka-angka, dan menguraikan secara logis banyaknya material.
Tes kemampuan angka adalah sebagian suatu ukuran dari kemampuan pengetahuan umum. Skors dalam subtes ini memprediksi cukup luas kesuksesan pada setiap hampir semua mata pelajaran di sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Kemampuan angka merupakan suatu unsur dari semua kemampuan untuk menguasai tugas-tugas atau pekerjaan akademis.
Kemampuan angka bermanfaat dalam pekerjaan-pekerjaan seperti: asisten laboratorium, pemegang buku, ahli statistik, juru ekspedisi, tukang kayu, pembuat perabot/alat-alat, dan keterampilan lainnya. Banyak pekerjaan dalam bidang kejuruan dan keterampilan di pabrik atau pekerjaan konstruksi memerlukan kemampuan angka yang memadai.
3.      Penalaran Abstrak (Abstrak Reasoning = AR)
Subtes penalaran abstrak dimaksudakan sebagai suatu instrumen non-verbal yang mengungkap kemampuan penalaran siswa. Rangkaian ini disajikan dalam masing-masing persoalan yang memerlukan persepsi pengoperasian prinsip dalam mengubah diagram-diagram. Misalnya siswa harus menemukan asas atau prinsip yang menentukan perubahan gambar-gambar dan memberikan tanda atau petunjuk yang dipahaminya dengan menunjukkan (menandai) diagram-diagram yang seharusnya diikuti secara logis.
Perhatian dan ketelitian diperlukan untuk mencegah beberapa faktor diskriminasi visual dari kontaminasi pengukuran yang diperoleh. Beberapa tes gambar menghasilkan skors yang samar-samar, oleh karena itu siswa harus mampu membedakan diantara garis-garis atau bidang-bidang yang berbeda, tetapi mengabaikan ukuran atau bentuknya. Tugas dalam setiap kasus adalah menyamaratakan perubahan dalam mengoperasikan prinsip-prinsip, yaitu berpikir dengan simbol-simbol yang abstrak.
Subtes penalaran abstrak ini akan dapat mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang memahami ide-ide yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata atau angka-angka, dan bagaimana seseorang dapat memikirkan masalah sekalipun tanpa petunjuk yang berbentuk kata-kata. Penalaran abstrak bekerja sama dengan dua subtes berikutnya, yaitu Tilikan Ruang (Space Relation = SR) dan Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR) dalam memprediksi keberhasilan dalam berbagai jenis pekerjaan permesinan, keteknikan, dan pekerjaan atau tugas keterampilan dalam bidang industri.
4.      Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and Accuracy = CSA)
Tes kecepatan dan ketelitian klerikal dimaksudkan untuk mengukur kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan dalam suatu tugas persepsi yang sederhana. Pertama-tama siswa harus memilih kombinasi yang telah ditandai dalam tes, kemudian akan tercetus suatu pikiran untuk mencari kombinasi yang sama pada lembar jawaban secara terpisah, dapat ditemukan kombinasi yang identik yang diberi garis bawah.
Soal-soal ini memberikan serangkaian tugas yang diperkirakan berisi unsur-unsur yang dilibatkan dalam beberapa tugas klerikal. Tujuan tes ini adalah untuk mengungkap kecepatan persepsi, mengingat dengan cepat dan kecepatan dalam memberikan tanggapan. Dengan demikian, subtes Kecepatan dan Ketelitian Klerikal ini dapat mengungkapkan bagaimana kecepatan dan ketepatan seseorang dapat membandingkan dan memperhatikan daftar secara tertulis seperti nama-nama atau angka-angka.
Hanya tes inilah satu-satunya yang menuntut kecepatan kerja. Sangat mudah untuk menjawab dengan benar, tetapi memerlukan perhitungan bagaimana mengerjakan dengan cepat suatu tugas yang sederhana. Dalam subtes ini wanita cenderung memperoleh skors yang lebih tinggi dibandingkan pria. Bakat Kecepatan dan Ketelitian Klerikal penting dalam berbagai jenis pekerjaan kantor, seperti pemegang dokumen, alamat, harga, pesanan, pengkodean, pengkoresian cetak coba, dan pemeliharaan alat-alat dan suplai lainnya.
Sekalipun subtes Kecepatan dan Ketelitian Klerikal ini mengungkap kemampuan yang bermanfaat dalam berbagai macam pekerjaan, sebenarnya tidak diperlukan atau diharapkan pada hampir semua mata pelajaran di sekolah menengah. Dalam sebagian besar tugas sekolah, lebih mementingkan melaksanakan pekerjaan atau tugas dengan benar daripada mengerjakan dengan cepat.
5.      Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR)
Subtes Penalaran Mekanikal pada dasarnya suatu bentuk baru dari serangkaian Tes Pemahaman Mekanikal (Mechanical Comprehension Test) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Bannet. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang disajikan menggunakan istilah-istilah yang sederhana, sering ditemui mesin-mesin atau peralatan yang tidak menyerupai gambar-gambar dalam buku teks atau memerlukan pengetahuan khusus.
Subtes penalaran mekanikal ini digunakan untuk dapat mengungkapkan bagaimana mudahnya seseorang menangkap prinsip-prinsip umum fisika pada saat seseorang melihatnya dalam kejadian sehari-hari, dan bagaimana baiknya pemahaman seseorang akan hukum-hukum yang melandasi alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan sederhana.
Siswa yang dapat mengerjakan dengan baik subtes Penalaran Mekanikal (MR) biasanya suka mencari dan menemukan bagaimana bekerjanya suatu alat. Mereka biasanya memperoleh skor di atas rata-rata dalam mempelajari bagaimana menkonstruksi, mengoperasikan, atau memperbaiki perlengkapan yang rumit. Walaupun Penalaran Verbal (VR) dan Kemampuan Angka (NA) merupakan predictor terbaik untuk nilai-nilai Ilmu Pengetahuan Alam dan permesinan di Perguruan Tinggi dan Institut Teknologi, namun skor penalaran mekanikal yang tinggi merupakan kenyataan tambahan tentang kemampuan dalam bidang ini.
6.      Relasi Ruang (Space Relation = SR)
Tipe soal yang direncanakan bagi subtes tilikan ruang ini menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu objek yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural. Demikian pula, kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak jika diputar-putar dalam beberapa cara tertentu telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang.
Sifat-sifat yang menonjol dalam soal-soal ini, yaitu memerlukan pemanipulasian objek-objek dalm ruang tiga dimensi. Bentuk-bentuk soal yang ada hubungannya dengan ruang dua dimensi tidak digunakan, karena relatif sedikit memberikan kesempatan. Subtes tilikan ruang mengungkap yang berhubungan dengan benda-benda konkret melalui visualisasi. Subtes tilikan ruang dapat mengungkap bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat dengan hanya melihat rencana-rencana di kertas yang rata (flat paper plans), dan bagaimana seseorang berpikir dalam tiga dimensi.
Subtes tilikan ruang mengungkap kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan permukaan-permukaan suatu objek yang telah selesai dirancang sebelum dibangun, dengan hanya melihat gambar-gambar yang akan digunakan sebagai penuntun pekerjaan bangunan itu.
Siswa yang dapat mengerjakan dengan baik subtes Tilikan Ruang (SR) ini, memperoleh keuntungan dalam pekerjaan-pekerjaan seperti membuat bagan, merancang busana, arsitektur, permesinan, konstruksi bangunan, dan beberapa cabang seni dan dekorasi. Seorang ahli mesin, tukang kayu, dokter gigi, atau ahli bedah yang baik membutuhkan penghayatan bentuk-bentuk dan posisi objek-objek dalam ruangan.
7.      Pemakaian Bahasa: Mengeja dan Tata Bahasa (Language Usage: Spelling & Grammar)
Tipe Pemakaian Bahasa terdiri dari dua sub yaitu Mengeja (Spelling) dan Tata Bahasa (Grammar). Tes ini terdiri dari dua tes prestasi belajar yang singkat yang mengukur kemampuan-kemampuan penting yang perlu dipertimbangkan bersama dengan tes bakat lainnya yang dinilai oleh Tes Bakat Pembedaan (DAT). Subtes Mengeja (Spelling) mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam bahasa Indonesia (Inggris). Skor tes ini merupakan suatu prediktor terbaik dalam kemampuan mempelajari stenografi dan pengetikan.
Tipe soal yang digunakan dalam subtes mengeja (spelling) dalam subtes penggunaan bahasa bukanlah tipe soal-soal yang baru. Kata-katanya dipilih dengan sangat teliti, yang semuanya diseleksi dari daftar Gate’s Spelling Difficulties dalam 3876 kata. Kata-kata yang lainnya diseleksi sebagai tajuk rencana yang mereka tonjolkan dalam setiap kosa kata. Subtes Tata Bahasa (Grammar) mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengenal kesalahan-kesalahan tata bahasa, tanda baca, dan pemakaian kata-kata dalam kalimat-kalimat yang mudah. Subtes ini juga merupakan prediktor yang terbaik dalam kemampuan memperoleh angka-angka yang baik secara umum di sekolah menengah dan perguruan tinggi.[2]


C.      Prosedur Pelaksanaan dan Penilaian Tes Bakat Pembedaan (DAT)
1.    Material Tes
a.       Buku Tes
Kedelapan subtes dalam DAT edisi tahun 1966 tersedia dalam dua bentuk, Form L dan M, dengan dua buku tes (booklet 1 dan 2). Tiap buku tes memiliki empat subtes, yaitu:
Buku Tes 1 : - Penalaran Verbal (Verbal Reasoning = VR)
                     - Kemampuan Angka (Numerical Ability = NA)
                     - Penalaran Abstrak (Abstrac Reasoning = AR)
                     - Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and Accuracy =
                        CSA)
Buku Tes 2 : - Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR)
-    Relasi Ruang (Space Relation = SR)
-    Pemakaian Bahasa I: Mengeja (Language Usage – I : Spelling = LU-I.
   : Sp)
-    Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa (Language Usage – II : Grammar
   = LU II. : Gr)
Masing-masing bentuk juga ada kombinasi Penalaran Verbal (VR) dan Kemampuan Angka (NA) yang digunakan untuk mengukur Bakat Skolastik (Scolastic Aptitude).
b.      Lembaran Jawaban
Jawaban-jawaban ditandai secara terpisah dalam lembaran jawaban yang dapat diskors dengan tangan (scoring hand) dan dengan mesin (scoring machines), sesuai dengan situasinya sendiri. Pemakai tes harus menyadari keuntungan dan kerugian atau kekuatan dan kelemahan tipe lembar jawaban yang akan digunakannya.
c.       Pensil
Untuk semua tipe lembar jawaban baik yang dinilai dengan tangan maupun mesin memerlukan pensil yang runcing untuk mengisi jawaban ke lembar jawaban. Untuk itu, semestinya tester menyiapkan beberapa pensil yang runcing sebagai persediaan tambahan.
d.      Kunci Penskoran atau Penilaian
Kunci penskoran atau penilaian tersedia untuk tangan dan untuk mesin; tipe kunci penilaian yang akan digunakan bergantung dengan lembar jawaban yang dipakai.
e.       Format Laporan Individual
Format Laporan Individual dirancang untuk pelaporan dan pemberian informasi tentang hasil Differential Aptitude Test (Tes Bakat Pembedaan/DAT) untuk masing-masing individu siswa yang dites. Contoh profil yang telah diisi dengan kasus aktual direproduksi dalam bentuk format Profil Bakat Individual.
2.    Jadwal Program Testing
a.       Prinsip-Prinsip Umum
(1)   Semua tes harus diberikan jarak waktu yang relatif singkat, lebih baik dalam periode waktu satu atau dua minggu.
(2)   Testing harus dilakukan dengan waktu terjadwal kalau siswa telah siap dan dalam keadaan sehat dan bila tidak ada aktivitas-aktivitas yang mengganggu atau kurang memungkinkan untuk dilakukan. Disarankan pelaksanaan testing pada pagi hari, dan pertemuan sebaiknya digunakan setengah hari. Dan tes juga hendaknya jangan diberikan di luar jam sekolah dan tempatnya juga jangan mengambil tempat yang dapat mengganggu pelaksanaan testing
b.      Jadwal Testing yang Disarankan
(1)   Dua Sesi Testing
Sesi 1       -      Kira-kira 120 menit untuk mengisi Buku Tes 1.
Sesi 2       -      Kira-kira 115 menit untuk mengisi Buku Tes 2.
Dua sesi mungkin dilakukan secara berurutan setiap hari atau dengan sampai lima hari di antara setiap sesi. Jarak waktu untuk setiap sesi ditetapkan untuk lima atau sepuluh menit untuk istirahat setelah dua tes, jika diperlukan, juga untuk membagikan, mengumpulkan bahan-bahan, jawaban pertanyaan, dan sebagainya.
(2)   Empat Sesi Testing
Sesi 2       -      Kira-kira 115 menit untuk mengisi Buku Tes 2.
Sesi 1       -      Kira-kira 75 menit untuk Penalaran Verbal dan Kemampuan
                        Angka dalam Buku Tes 1.
Sesi 2       -      Kira-kira 45 menit untuk Penalaran Abstrak dan Kecepatan dan
                         Ketelitian Klerikal dalam Buku Tes 1.
Sesi 3       -      Kira-kira 70 menit untuk Penalaran Mekanikal dan Tilikan
                         Ruang dalam Buku Tes 2.
Sesi 4       -      Kira-kira 45 menit untuk Pemakaian Bahasa I: Mengeja dan
                        Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa dalam Buku Tes 2.
Empat sesi mungkin dilakukan secara berurutan atau berselang hari; sesi 1 dan 2 dapat dilaksanakan pada pagi dan sore hari di hari pertama, dan sesi 3 dan 4 pagi dan sore hari di hari kedua.
(3)   Enam Sesi Testing
Sesi 2       -      Kira-kira 115 menit untuk mengisi Buku Tes 2.
Sesi 1       -      Kira-kira 40 menit untuk Penalaran Verbal dalam Buku Tes 1.
Sesi 2       -      Kira-kira 40 menit untuk Kemampuan Angka dalam Buku Tes 1
Sesi 3       -      Kira-kira 45 menit untuk Penalaran Abstrak dan Kecepatan dan
                         Ketelitian Klerikal dalam Buku Tes 1.
Sesi 4       -      Kira-kira 40 menit untuk Penalaran Mekanikal dalam Buku
                        Tes 2.
Sesi 5       -      Kira-kira 35 menit untuk Tilikan Ruang dalam Buku Tes 2.
Sesi 6       -      Kira-kira 45 menit untuk Pemakaian Bahasa I: Mengeja dan
                        Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa dalam Buku Tes 2.
Sesi-sesi ini mungkin dilakukan dalam waktu lima hari berturut-turut atau pada pagi dan sore hari dalam waktu 3 hari berturut-turut.
3.    Pertimbangan Umum Pelaksanaan Tes
a.    Perencanaan Bersifat Esensial
Para siswa yang akan di tes hendaknya dengan perencanaan administratif yang kuat dan dengan kondisi fisik yang memuaskan. Administrator dan konselor diharapkapkan menggunakan hasil-hasil tes untuk tujuan-tujuan yang penting, segera memepengaruhi kemantapan karir konseli.
b.    Pengaturan Waktu
Agar memperoleh skors tes yang bermanfaat, maka dituntut agar administrator tes mengikuti batas waktu yang telah ditetapkan. Alat-alat pengaturan waktu yang dapat digunakan sebagai berikut:
(1)   Interval timer
(2)   Stopwatch
(3)   Jam dinding yang bias diatur kedua jarumnya
(4)   Jam tangan/arloji (jam saku) dengan jarum yang bias diatur
Saat mulai dan berhenti, waktu harus dituliskan (dicatat) segera setelah tanda mulai diberikan. Ini mempermudah pengaturan waktu secara tepat.
c.    Mempersiapkan Meterial
Untuk menghindari kekacauan dalam ruang kelas, baiknya disusun atau diatur semua bahan-bahan atau materi testing sebelum sesi testing dimulai. Dan sebaiknya satu atau dua hari sebelum testing, material tes telah disiapkan. Lembar tes dan jawaban yang akan digunakan dalam tiap kelompok hendaknya dihitung dan dimasukkan ke dalam amplop besar. Masing-masing amplop harus diberikan tanda dengan informasi tertentu, misalnya nomor ruangan, buku tes 1 atau 2, form, tanggal dan waktu testing, serta jumlah buku tes dan lembar jawaban.
d.   Kondisi-Kondisi Fisik
Testing hendaknya dilakukan di dalam ruangan. Ruangan di mana tes itu dilaksanakan harus memperoleh cahaya yang baik, suhu udara dalam ruangan harus nyaman, serta memiliki ventilasi yang baik. Para siswa yang hendak di tes harus duduk terpisah cukup jauh, memiliki tempat kerja (meja) yang permukaannya rata dan cukup luas.
4.    Langkah-Langkah Pelaksaan Tes
a.       Langkah Pertama : Pengantar
b.      Langkah Kedua : Pensil
c.       Langkah Ketiga : Lembar Jawaban dan Buku Tes
d.      Langkah Keempat : Membaca Petunjuk
e.       Langkah Kelima : Pengaturan Waktu
f.       Langkah Keenam : Tes Berikutnya dan Pengumpulan Material
g.      Langkah Ketujuh : Catatan Testing
5.    Prosedur Penilaian (Penskoran)
Differential Aptitude Tes (DAT) dapat dinilai (diskorsing) dengan tangan (hand scoring) maupun dengan mesin (machines scoring). Kuncinya berbeda antara Form L dan M. Skors untuk masing-masing tes adalah jumlah jawaban yang benar. Hanya satu jawaban yang diperbolehkan untuk masing-masing item dalam setiap tes. Hendaknya dikemukakan bahwa untuk tes Kecepatan dan Ketelitian Klerikal yang dinilai hanya Bagian II. Skors mental maksimum untuk tiap tes adalah sebagai berikut
TABEL 1
TES
SKOR MAKSIMUM
Penalaran Verbal (VR)
Kemampuan Angka (NA)
VR + NA
Penalaran Abstrak (AR)
Kecepatan dan Ketilitian Klerikal (CSA)
Penalaran Mekanis (MR)
Tilikan Ruang (SR)
Pemakaian Bahasa :
I.                   Mengeja (LU-I; Spell)
II.                Tata Bahasa (LU-II; Grammar)
50
40
90
50
100
68
60

100
60
Bila dinilai atau diskors dengan manual, diperlukan untuk memeriksa lembar jawaban untuk menentukan apakah siswa menandai dua pilihan atau lebih terhadap beberapa item. Jika ada dua pilihan atau lebih ditandai untuk satu item, item tersebut harus diabaikan dari penilaian.

D.      Norma-Norma dan Profil
Norma-norma untuk Differential Aptitude Test dinyatakan dengan peringkat persentil (percentile ranks) dan dengan stanine, disajikan untuk masing-masing skors tes dengan tepat. Prosedur untuk mengkonversikan skors mentah ke dalam persentil adalah dengan menemukan skors mentah untuk tes tertentu dalam tabel yang sesuai dengan form, kelas, atau tingkat, dan jenis kelamin.
Skors dalam tes DAT tertentu memberikan informasi yang kritis. Semakin ditekankannya identifikasi kemampuan siswa sejak dini, maka semakin bertambah atau meningkatnya penggunaan DAT. Dalam beberapa situasi tertentu, kombinasi skors DAT telah digunakan untuk seleksi siswa dan menempatkannya dalam kelompok mata pelajaran tertentu, atau untuk mengidentifikasi siswa untuk mendorong melanjutkan pendidikannya. Dengan demikian, dituntut adanya beberapa kombinasi norma-norma DAT.
Walaupun suatu kombinasi dalam jumlah besar telah ditetapkan, tetapi salah satu kombinasi yang tampak paling sesuai untuk tujuan ini adalah Tes Penalaran Verbal (VR) dan Tes Kemampuan Angka (NA). Biasanya kemampuan yang diukur oleh tes ini telah digambarkan dengan yang disebut Tes Intelegensi, atau disebut juga Tes Bakat Skolastik.
Persentil menunjukkan bagaimana kedudukan atau peringkat tes seseorang dalam suatu tes dalam perbandingannya dengan laki-laki atau perempuan yang setingkat. Persentil tidak menunjukkan seberapa banyak pertanyaan (atau berapa persen di antara pertanyaan) yang dapat dijawab seseorang dengan benar.

E.       Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test) untuk Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana bakat, potensi atau kemampuan siswa yang penting bagi kemajuan pendidikan dan pilihan kariernya, maka para siswa di sekolah perlu untuk menempuh tes bakat tertentu. Dengan mengikuti tes bakat diharapkan agar sekolah (konselor) dapat memprediksi dengan sebaik-baiknya tentang bagaimana perkembangan yang diharapkan siswa di sekolah dalam menyongsong kariernya di masa depan.
Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan sebagaimana telah diuraikan di atas adalah salah satu contoh dari beberapa perangkat tes bakat yang dapat dipergunakan untuk membantu sekolah dalam menentukan arah pilih program/jurusan siswa dan menempatkannya dalam lapangan pekerjaan, jabatan, dan karier yang tepat.
Untuk mampu menggunakan tes semacam ini pada konselor atau guru pembimbing, dituntut kemampuannya terutama :
a.       Memilih tes-tes yang cocok dan dibutuhkan siswanya di sekolah.
b.      Terlatih dan terampil melaksanakan prosedur penskoran.
c.       Mampu menginterpretasi dan memprediksi makna skors yang diperoleh siswa.
d.      Mengkomunikasikan interpretasi dan prediksi hasil tes tersebut tanpa menimbulkan dampak tertentu bagi siswa terutama goncangan emosional.

F.                   Analisis Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test)
Instrumen Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test) dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut:
1.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Tes
a.       Memberikan petunjuk umum kepada para siswa tentang manfaat tes dengan uraian dengan kata-kata yang sederhana yang berkaitan dengan tes yang diberikan (setiap subtes)
b.      Penyediaan alat-alat tulis. Jika tes akan dinilai dengan manual maka usahakan agar setiap siswa memiliki dua pensil.
c.       Pembagian lembar jawaban yang tepat dan buku tes.
d.      Membaca petunjuk untuk setiap subtes dalam buku tes itu sendiri.
e.       Pengaturan waktu pelaksanaan tes untuk setiap subtes sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan (sebaiknya memakai stop watch).
f.       Pengumpulan bahan-bahan termasuk buku tes dan lembar jawaban yang telah diisi.
2.      Prosedur Penskorsan (Penilaian)
a.       Memeriksa lembar jawaban untuk menentukan apakah siswa menandai dua piihan atau lebih.
b.      Menyiapkan kunci jawaban dengan kunci berjendela (window key) yang dibuat dari blangko lembar jawaban yang kosong. Pilihan yang benar dalam alternatif yang disediakan dilubangi.
c.       Penskoran dengan cara menempatkan kunci jawaban dengan sistem kunci berjendela tepat di atas lembar jawaban siswa untuk setiap subtes.
d.      Menghitung semua tanda (X) yang tampak dalam lubang kunci jawaban, berjendela. Semua tanda (tanda silang) yang dilihat melalui kunci berjendela tadi diperoleh skors mental (raw score).
3.      Tahap-Tahap Analisis
Tahap-tahap analisis Skors Tes Bakat Pembedaan untuk tujuan penentuan pemilihan program atau jurusan di SMA adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengkonversikan skors mentah kedalam skors standar. (2) mencari persentil rata-rata untuk setiap kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program/jurusan. (3) membuat profil hasil pengukuran Tes Bakat Pembedaan. (4) kesimpulan, dan (5) rekomendasi.
a.         Mengkonversikan skors mentah ke dalam skors standar
Skors Mentah (RS) yang telah diperoleh individu siswa dalam masing-masing subtes, dikonversikan ke dalam tabel yang telah disediakan. Tiap-tiap subtes memiliki tabel konversi. Dengan demikian ada delapan tabel konversi.
b.         Mencari persentil rata-rata untuk setiap kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program/ jurusan
Setelah diperoleh persentil tiap-tiap siswa dalam masing-masing subtes, maka langkah selanjutnya adalah mencari persentil rata-rata untuk setiap kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program tertentu. Maksud dari persentil rata-rata ini adalah untuk menentukan program/ jurusan di SMA yaitu program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan (3) Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB).
Untuk dapat menentukan program/ jurusan yang cocok untuk para siswa tersebut haruslah diperhitungkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.      Cocok untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) apabila rata-rata persentil subtes Kemampuan Angka (NA), Tilikan Ruang (SR), dan penalaran mekanis (MR) di atas persentil 65 dan tidak ada persentil di bawah 45.
2.      Cocok untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) apabila rata-rata persentil untuk subtes Penalaran Verbal (VR), Kemampuan Angka (NA) dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (CSA) berada di atas persentil 65, dan tidak ada persentil di bawah 45.
3.      Cocok untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa, apabila rata-rata persentil untuk subtes Penalaran Verbal (VR), Penggunaan Bahasa: Mengeja (Sp) dan penggunaan bahasa: Tata Bahasa (Gr) berada di atas persentil 65, dan tidak ada persentil di bawah 45.
c.         Membuat profil hasil pengukuran tes bakat pembedaan
Profil hasil pengukuran tes bakat pembedaan dibuat berdasarkan skors persentil yang diperoleh masing-masing siswa.
d.         Kesimpulan
Kesimpulan dibuat berdasarkan profil hasil pengukuran tes bakat pembedaan yang telah dibuat untuk masing-masing siswa dengan ketentuan sebagai berikut :
75  - 100                Sangat berbakat
50  - 74                  Berbakat
25  - 49                  Kurang berbakat
0    - 24                  Tidak berbakat
e.         Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas dalam rangka penelitian program/ jurusan di SMA maka dapat di buat rekomendasi.
G.      Contoh Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan
Untuk lebih jelasnya bagaimana caranya menganalisis Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Tests) dibawah ini diberikan contoh pelaksanaan pengukuran tes Bakat Pembedaan yang dilaksanakan secara kelompok, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.         Menskors Lembar Jawaban
Penskoran DAT dilakukan dengan cara menggunakan kunci berjendela dari masing subtes, dengan cara menempatkan kunci jawaban tepat di atas lembar jawaban siswa. Skors terhadap jawaban yang benar diberi skors 1 (satu). Dengan demikian semua jawaban yang tampak dari lubang kunci jawaban adalah skors keseluruhan yang diperoleh siswa untuk masing-masing subtes.
2.         Membuat Tabel Skors Mentah
Pembuatan tabel skors mentah bertujuan untuk memasukkan hasil, penskorsan yang diperoleh pada langkah kolom sebagai berikut, yaitu: (1) Nomor Urut, (2) Nama Siswa, (3) Nomor Induk, (4) Umur, (5) Jenis Kelamin, dan kolom (6) Sampai Kolom (13) Aspek-aspek dari ke 8 subtes bakat pembedaan dan (14) Keterangan.
3.         Mengonversikan Skors Mentah (raw score) ke Skors Persentil (standar)
Skors Mentah (raw score) yang telah diperoleh individu siswa dalam masing-masing subtes dikonversikan ke dalam tabel persentil masing subtes yang telah disediakan. Tiap subtes dari Tes Bakat Pembedaan (DAT) ini memiliki tabel persentil tersendiri.
Tiap-tiap tabel persentil disediakan mulai dari kelas VIII SMP sampai dengan kelas XII SMA (grade 8 sampai grade 12) dan menyajikan pula dalam form L dan M, jenis kelamin dan semester satu atau dua. Caranya skors mentah yang diperoleh individu siswa dari masing-masing subtes bakat pembedaan dicari dalam tabel persentil (disesuaikan dengan form yang digunakan, kelas, semester, jenis kelamin) ditarik ke samping kanan atau kiri pada kolom paling luar pada tabel persentil. Posisi inilah yang menentukan persentil dari skors mentah yang dikonversikan untuk setiap subtes.
TABEL 2
Skors Mentah Bakat Pembedaan
Kelas                           :   X.1
Semester                     :
Tahun Pelajaran       :
Sekolah                       :
No
Kode Nama
NIS
Umur
JK
ASPEK-ASPEK BAKAT PEMBEDAAN
Ket
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
35
50
26
25
37
37
27
27
32
34
42
25
35
10
31
25
35
23
34
17
80
32
23
27
27
35
24
30
34
27
26
27
33
26
27
28
29
17
26
24
64
40
38
30
41
39
44
30
33
28
40
30
30
39
38
39
38
36
31
36
53
48
44
49
45
47
45
48
48
50
48
49
47
49
49
44
48
45
45
44
48
53
37
51
43
43
48
42
49
45
52
36
48
48
41
39
51
35
44
42
68
60
53
59
61
59
49
61
53
59
57
56
60
50
61
61
60
50
57
45
89
68
79
88
86
81
84
80
88
87
86
80
87
88
88
74
74
70
88
89
52
40
43
49
41
49
44
45
48
47
48
33
43
51
50
46
48
36
56
48

Berdasarkan tabel Skor Mentah Tes Bakat Pembedaan yang telah disajikan di atas, maka dapat dibuat tabel tabulasi Skor Persentil Bakat Pembedaan sebagai berikut :
TABEL 3
Skors Persentil Bakat Pembedaan
Kelas                           :   X.1
Semester                     :
Tahun Pelajaran       :
Sekolah                       :
No
Kode Nama
NIS
Umur
JK
SKORS PERSENTIL ASPEK-ASPEK BAKAT PEMBEDAAN
Ket
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
90
99
45
40
75
80
45
50
65
70
95
40
70
5
60
40
70
35
70
20
60
80
45
60
65
90
60
80
80
65
5
65
85
55
65
70
70
25
65
55
80
80
70
30
80
75
95
35
45
30
80
35
30
75
65
70
70
60
35
55
97
85
80
90
90
80
90
95
85
95
85
95
85
90
95
90
85
80
90
90
85
65
15
60
70
25
45
65
50
75
60
30
45
45
60
50
60
10
75
65
80
60
60
80
70
80
45
70
60
60
75
59
80
50
70
70
85
50
50
15
85
55
75
90
75
80
85
60
90
80
85
60
80
90
80
45
65
60
60
85
60
85
90
97
75
97
90
85
95
90
95
45
90
97
95
85
95
75
75
90



4.         Mencari Persentil Rata-rata untuk Kelompok Bakat yang Dipersyaratkan bagi Pemilihan Program/ Jurusan Tertentu
Setelah diperoleh skors persentil bagi tiap-tiap siswa untuk masing-masing subtes, maka seterusnya dicari skors rata-rata untuk kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program tertentu. Misalnya : Untuk siswa nomor urut atas nama AYU.
a.         Skors rata-rata untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dihitung dengan rumus:
NA+SR+MR  =  85+95+85  = 88,3
3                       3
b.        Skors rata-rata untuk program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dihitung dengan rumus:
VR+NA+CSA = 40+85+50  = 58,33
3                         3
c.         Skora rata-rata untuk program Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB) dihitung dengan rumus:
SN+VR+SP = 40+65+95 = 66,67
3                   3
Langkah-langkah selanjutnya adalah mengisi tanda lingkaran pada persentil rata-rata yang memenuhi persyaratan (di atas persentil 65), tetapi tidak dapat di terima karena ada salah satu atau lebih kelompok bakat persentilnya di bawah persentil 45.
Profil yang dimaksud adalah berupa gambaran tentang aspek-aspek bakat pembedaan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa yang di tes. Untuk menggambarkan profil bakat siswa dengan cara membuat garis tabel pendek pada persentil yang dicapai dalam masing-masing subtes bakat.[3]




TABEL 4
Persentil Rata-Rata untuk Setiap Kelompok Bakat yang Dipersyaratkan untuk suatu Jurusan/ Program Tertentu
No
Kode Nama
NIS
Umur
JK
PERSENTIL RATA-RATA
Rekomendasi
IPA
IPS
IPB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
88,33
76,67
46,67
70,00
75,00
63,33
65,00
71,67
71,67
78,33
66,67
63,33
71,67
63,33
73,33
70,00
71,67
38,33
76,67
70,00
58,33
79,67
50,00
60,00
70,00
83,33
50,00
58,33
68,33
65,00
75,00
51,67
78,33
36,67
65,00
60,00
75,00
36,67
61,67
30,00
66,67
79,67
70,00
75,67
75,00
85,67
73,33
65,00
83,33
80,00
91,67
48,33
80,00
64
76,67
56,67
76,67
56,67
83,00
65,00
IPA, IPB
IPS, IPB, IPA
IPB
IPB, IPA
IPA, IPB, IPS
IPB, IPS
IPB
IPA
IPB, IPA, IPS
IPB, IPA
IPB, IPS, IPA
------------
IPB, IPS, IPA
------------
IPB, IPA
IPA
IPB, IPS, IPA
-------------
IPB, IPA
IPA

5.         Kesimpulan
a.         Sangat berbakat
Dalam Penalaran Abstrak (AR)
Tilikan Ruang (SR), Penalaran Mekanis (MR) dan Penggunaan Bahasa: Tata Bahasa (SN)
b.    Berbakat
Dalam Penggunaan Bahasa: Mengeja (SP)
c.    Kurang Berbakat
Dalam Penalaran Verbal (VR) dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (CSA).

6.         Rekomendasi
Cocok untuk memilih program/ Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau program/ jurusan IPB (Ilmu Pengetahuan Bahasa).

H.      Peranan Tes Bakat Pembedaan dalam Pemilihan Program Studi dan Karier
Setelah para siswa memahami bakat-bakat yang dimilikinya berdasarkan profil hasil pengukuran tes bakat pembedaan yang diberikan kepada para siswa, maka konselor secara langsung berperan sebagai bahan informasi yang bermakna dan akurat kepada siswa terutama dalam membantu mereka mengambil jenis-jenis keputusan yang bersangkut paut dengan pemilihan program (jurusan) di SMA atau memilih studi sambungan setelah tamat sekolah, serta karier-karier yang perlu dipertimbangkan untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Sedangkan bagi sekolah skors tes bakat pembedaan ini akan bermakna terutama untuk membantu menentukan siswa-siswa manakah yang cocok untuk di tempatkan dalam program-program atau kegiatan ekstrakurikuler tertentu.
Hasil pengukuran bakat ini bukanlah secara tepat memberikan suatu keputusan yang pasti dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam studi dan karier, tetapi skors-skors bakat ini hanya merupakan suatu informasi pelengkap yang dapat dipercaya guna membantu para siswa untuk menjawab pertanyaan dalam bidang pendidikan dan karier. Jadi, tes ini bukanlah prediktor yang sempurna sebab tes ini bukanlah memberikan jaminan mutlak kepada para siswa yang memiliki skors yang tinggi akan berhasil, karena masih banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh dan menentukan misalnya terlalu santai dalam belajar, bermalas-malas, serta faktor-faktor lain yang tidak dapat dijangkau oleh tes ini.[4]

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari pembahasan pada Bab terdahulu, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Differential Aptitude Test (DAT), dikembangkan pada tahun 1947 dengan memandukan prosedur ilmiah dan prosedur pembakuan untuk mengungkap kemampuan (ability) pria dan wanita pada siswa kelas IX SMP sampai dengan siswa kelas XII SMA/SMK untuk tujuan bimbingan kependidikan dan bimbingan karir.
2.      Tes ini dibuat dengan maksud agar dapat mengukur kemampuan mental dari beberapa faktor bukan hanya satu faktor saja sehingga skor yang dihasilkan tidak pula hanya satu akan tetapi ada beberapa sesuai dengan kemampuan yang diukur.
3.      DAT memiliki 8 subtes, yaitu :
1.      Verbal Reasoning (VR)
2.      Numerical Ability (NA)
3.      Abstract Reasoning (AR)
4.      Space Relation (SR)
5.      Mechanical Reasoning (MR)
6.      Clerical Speed And Acurary (CSA)
7.      Language Usage -Part I : Spelling (LU-I : Sp)
8.      Language Usage – Part II : Grammar (LU-II : Gr)

B.       Saran
Dalam mempelajari Differential Aptitude Test (DAT)/Tes Bakat Pembedaan, akan sangat membutuhkan banyak referensi/sumber agar hasil yang didapatkan bisa memuaskan para pembaca. Maka dari itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari Ibu dosen dan teman-teman untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah kami ini dapat berguna dan menambah wawasan untuk kita semua terutama bagi pemakalah.


DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. 2008. Analisis Tes Psikologis: Teori & Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Anastasi. A. 2003. Psychological Testing. Jilid I dan II. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Indek Gramedia Grafindo.
Nurhayadi, Muhammad. 2009. Tes Bakat. sekarpsikologi.blogspot.com. 03 Juni 2009 Jam 02:56.
Purwanto, Ngalim. 2009. Perbedaan – Perbedaan Dalam Bakat. psikologi45.blogspot.co.id. 09 Januari 2014. Jam 06. 54




[1] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila K. Analisis Tes Psikologis: Teori & Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta.2009), hal 112
[2] Ibid, hal 112-139
[3] Ibid, hal 142-166
[4] A. Anastasi. Psychological Testing. Jilid I dan II. Edisi Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Indek Gramedia Grafindo. 2003), hal 265