BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tes
bakat muncul karena pemikiran para psikolog bahwa tes inteligensi hanya
mengukur aspek tertentu dari inteligensi, dimana hal ini saja tidaklah cukup
karena tidak semua aspek penting terwakili karena cakupannya yang agak
terbatas. Bahkan sebelum PD I, para psikolog mulai mengakui perlunya tes-tes
bakat khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan serta dalam seleksi dan
klasifikasi personil industri dan militer. Sehingga beberapa tes kemudian
dimodifikasi menjadi tes bakat, misalnya pada tahun 1920-an sejumlah tes
inteligensi berubah menjadi tes bakat sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya
menunjukkan perlunya dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes)
karena sarana untuk menyusun tes semacam ini telah tersedia.
Bakat
merupakan suatu konsistensi kerakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang
untuk menguasai suatu pengetahuan khusus, keterampilan atau serangkaian respon
yang terorganisir atau kemampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau
menonjol dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Bakat seseorang
dapat diukur dengan tes bakat.
2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Tes Bakat
Pembedaan (DAT) ?
2. Apa saja subtes dalam Tes Bakat Pembedaan (DAT) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Tes Bakat
Pembedaan (DAT) ?
3.
Tujuan
1.
Agar mengetahui
dan memahami mengenai Tes
Bakat Pembedaan (DAT).
2.
Agar
mengetahui dan mengerti subtes-subtes dalam Tes Bakat Pembedaan (DAT).
3.
Agar
mengetahui cara pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan (DAT).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tes Bakat Pembedaan (DAT)
Differential
Aptitude Test (DAT), dikembangkan
pada tahun 1947 dengan memandukan prosedur ilmiah dan prosedur pembakuan untuk
mengungkap kemampuan (ability) para
siswa/i kelas IX SMP – kelas XII SMA/SMK untuk tujuan bimbingan kependidikan
dan bimbingan karir. Walaupun tes tersebut dikonstruksi terutama bagi para
siswa SMP dan SMA/SMK, namun tes ini juga bisa digunakan dalam konseling
pendidikan dan konseling karir bagi para pemuda/i remaja yang telah
menyelesaikan pendidikannya di sekolah dan dalam penyaringan tenaga kerja. Tes
ini juga dirancang untuk memenuhi keperluan para konselor dalam membantu
memberikan layanan bimbingan dan konseling dan bagi para psikolog dalam
membantu kliennya.
Tahun 1963, Differential Aptitude Test (Tes Bakat
Pembedaan) diperlukan kembali untuk memenuhi tuntutan yang semakin luas
khususnya dalam program bimbingan dan konseling. Tes ini adalah suatu instrumen
tes yang dibakukan kembali secara menyeluruh pada suatu sampel yang luas lebih
dari 5.000 kasus. Baterai yang tetap memberikan skors terhadap delapan
kemampuan yang sama dan juga memberikan skors ke Sembilan (penalaran verbal +
kemampuan angka) yaitu mengungkap Bakat Skolastik Umum atau intelegensi.
Yang termasuk dalam
baterai Differential Aptitude Test (DAT)
adalah sebagai berikut:
a.
Penalaran Verbal
(Verbal Reasoning)
b.
Kemampuan Angka
(Numerical Ability)
c.
Penalaran
Abstrak (Abstrac Reasoning)
d.
Kecepatan dan
Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and
Accuracy)
e.
Penalaran
Mekanikal (Mechanical Reasoning)
f.
Relasi Ruang (Space Relation)
g.
Pemakaian Bahasa
I: Mengeja (Language Usage – I : Spelling)
h.
Pemakaian Bahasa
II: Tata Bahasa (Language Usage – II :
Grammar)[1]
B.
Deskripsi Kedelapan Subtes dalam DAT
Tes ini dirancang untuk mengungkap
kemampuan intelektual yang paling mendasar dan sedapat mungkin menghindari
ketergantungan atau keterkaitan dengan mata pelajaran tertentu yang diberikan
sekolah. Tiap-tiap tes bermaksud memberikan suatu sumbangan yang unik untuk
memahami individu siswa, hal ini akan memberikan keuntungan dengan
mempertimbangkan dua sub-kelompok atau beberapa skors secara bersama-sama. Tes
Penalaran Verbal (VR), Kemampuan Angka (NA), dan Penalaran Abstrak (AR),
mengungkap tentang fungsi-fungsi yang berhubungan dengan “Intelegensi Umum”.
Relasi Ruang (Space
Relation) dan Penalaran Mekanikal (Mechanical
Reasoning) berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membayangkan atau
menggambarkan secara konkret objek-objek dan memanipulasi visualisasinya, untuk
mengenal prinsip-prinsip dan lingkungan fisik yang terjadi setiap hari. Tes
Kecepatan dan Ketelitian Klerikal serta Tes Penggunaan Bahasa: Mengeja dan Tata
Bahasa menyajikan sekelompok keterampilan yang diterapkan pada bermacam-macam
kantor.
1.
Penalaran Verbal (Verbal Reasoning = VR)
Subtes Penalaran Verbal (Verbal Reasoning) adalah suatu tes bakat
yang mengungkap kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Tes ini bertujuan menilai
kemampuan siswa untuk mengabstraksi (meringkas) atau menggeneralisasi serta
berpikir secara konstruktif dibandingkan dengan kepasihan atau pengenalan
pembendaharaan kata saja. Soal-soal tes berbentuk analogis atau persamaan kata
sesuai untuk mengungkap kemampuan penalaran. Tipe soal analogis tertentu yang dijumpai
dalam tes ini berguna karena hal ini menetapkan :
a.
Suatu soal yang
mencakup berbagai bidang atau bersifat serbaguna.
b.
Suatu tes yang
mengungkap penalaran yang relatif kompleks dan tidak begitu rumit ataupun tidak
hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu saja.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas
bahwa subtes penalaran verbal ini akan mengungkapkan bagaimana baiknya
seseorang dapat memahami ide-ide yang diekspresikan dengan menggunakan
kata-kata (verbal), dan bagaimana
jelasnya seseorang dapat berpikir dan menalar dengan kata-kata.
Penalaran verbal adalah sesuatu yang
penting dalam semua aktivitas akademis dan nonakademis di sekolah menengah.
Jika seseorang hanya menempuh satu subtes saja, maka subtes penalaran verbal
dapat dijadikan prediktor yang baik secara keseluruhan terhadap bagaimana ia
melakukan aktivitas di sekolah, terutama dalam mata pelajaran akademis.
Tipe soal-soal (item) yang mencakup
berbagai bidang atau bersifat serbaguna dalam tes ini strukturnya memerlukan
pola piker yang riil untuk memberikan jawaban (respons) yang benar terhadap
masing-masing butir soal. Di samping itu, butir-butir soal ini dapat bersumber
dari sejarah, geografi, kepustakaan, ilmu pengetahuan, dan dari bidang-bidang
lainnya. Jadi, butir-butir soal merupakan sampel dari pengetahuan siswa dan
kemampuannya dengan relasi abstrak yang menjadi sifat dalam pengetahuan itu.
2.
Kemampuan Angka (Numerical
Ability = NA)
Butir-butir soal tes kemampuan angka dirancang untuk
mengungkap pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep
menurut angka-angka. Masalah disusun dalam tipe soal yang biasanya disebut
“perhitungan aritmatik”. Tes ini direncanakan dengan maksud lebih menekankan
penggunaan akal dalam menangani konsep dan jawaban yang diskors dengan prinsip
yang ada dalam pikiran.
Subtes kemampuan angka ini akan mengungkapkan
bagaimana baiknya seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk
angka-angka; dan bagaimana jelasnya seseorang dapat berpikir dan menalar dengan
angka-angka, menggunakan atau memanipulasi relasi dengan angka-angka, dan
menguraikan secara logis banyaknya material.
Tes kemampuan angka adalah sebagian suatu ukuran
dari kemampuan pengetahuan umum. Skors dalam subtes ini memprediksi cukup luas
kesuksesan pada setiap hampir semua mata pelajaran di sekolah menengah maupun
perguruan tinggi. Kemampuan angka merupakan suatu unsur dari semua kemampuan
untuk menguasai tugas-tugas atau pekerjaan akademis.
Kemampuan angka bermanfaat dalam pekerjaan-pekerjaan
seperti: asisten laboratorium, pemegang buku, ahli statistik, juru ekspedisi,
tukang kayu, pembuat perabot/alat-alat, dan keterampilan lainnya. Banyak pekerjaan
dalam bidang kejuruan dan keterampilan di pabrik atau pekerjaan konstruksi
memerlukan kemampuan angka yang memadai.
3.
Penalaran Abstrak (Abstrak Reasoning = AR)
Subtes penalaran abstrak dimaksudakan
sebagai suatu instrumen non-verbal yang mengungkap kemampuan penalaran siswa.
Rangkaian ini disajikan dalam masing-masing persoalan yang memerlukan persepsi
pengoperasian prinsip dalam mengubah diagram-diagram. Misalnya siswa harus
menemukan asas atau prinsip yang menentukan perubahan gambar-gambar dan
memberikan tanda atau petunjuk yang dipahaminya dengan menunjukkan (menandai)
diagram-diagram yang seharusnya diikuti secara logis.
Perhatian dan ketelitian diperlukan
untuk mencegah beberapa faktor diskriminasi visual dari kontaminasi pengukuran
yang diperoleh. Beberapa tes gambar menghasilkan skors yang samar-samar, oleh
karena itu siswa harus mampu membedakan diantara garis-garis atau bidang-bidang
yang berbeda, tetapi mengabaikan ukuran atau bentuknya. Tugas dalam setiap
kasus adalah menyamaratakan perubahan dalam mengoperasikan prinsip-prinsip,
yaitu berpikir dengan simbol-simbol yang abstrak.
Subtes penalaran abstrak ini akan dapat
mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang memahami ide-ide yang tidak dapat
dinyatakan dengan kata-kata atau angka-angka, dan bagaimana seseorang dapat
memikirkan masalah sekalipun tanpa petunjuk yang berbentuk kata-kata. Penalaran
abstrak bekerja sama dengan dua subtes berikutnya, yaitu Tilikan Ruang (Space Relation = SR) dan Penalaran
Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR)
dalam memprediksi keberhasilan dalam berbagai jenis pekerjaan permesinan,
keteknikan, dan pekerjaan atau tugas keterampilan dalam bidang industri.
4.
Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and Accuracy = CSA)
Tes kecepatan dan ketelitian klerikal
dimaksudkan untuk mengukur kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan dalam
suatu tugas persepsi yang sederhana. Pertama-tama siswa harus memilih kombinasi
yang telah ditandai dalam tes, kemudian akan tercetus suatu pikiran untuk
mencari kombinasi yang sama pada lembar jawaban secara terpisah, dapat
ditemukan kombinasi yang identik yang diberi garis bawah.
Soal-soal ini memberikan serangkaian tugas
yang diperkirakan berisi unsur-unsur yang dilibatkan dalam beberapa tugas
klerikal. Tujuan tes ini adalah untuk mengungkap kecepatan persepsi, mengingat
dengan cepat dan kecepatan dalam memberikan tanggapan. Dengan demikian, subtes
Kecepatan dan Ketelitian Klerikal ini dapat mengungkapkan bagaimana kecepatan
dan ketepatan seseorang dapat membandingkan dan memperhatikan daftar secara
tertulis seperti nama-nama atau angka-angka.
Hanya tes inilah satu-satunya yang
menuntut kecepatan kerja. Sangat mudah untuk menjawab dengan benar, tetapi
memerlukan perhitungan bagaimana mengerjakan dengan cepat suatu tugas yang
sederhana. Dalam subtes ini wanita cenderung memperoleh skors yang lebih tinggi
dibandingkan pria. Bakat Kecepatan dan Ketelitian Klerikal penting dalam
berbagai jenis pekerjaan kantor, seperti pemegang dokumen, alamat, harga,
pesanan, pengkodean, pengkoresian cetak coba, dan pemeliharaan alat-alat dan
suplai lainnya.
Sekalipun subtes Kecepatan dan
Ketelitian Klerikal ini mengungkap kemampuan yang bermanfaat dalam berbagai
macam pekerjaan, sebenarnya tidak diperlukan atau diharapkan pada hampir semua
mata pelajaran di sekolah menengah. Dalam sebagian besar tugas sekolah, lebih
mementingkan melaksanakan pekerjaan atau tugas dengan benar daripada
mengerjakan dengan cepat.
5.
Penalaran Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR)
Subtes Penalaran Mekanikal pada dasarnya
suatu bentuk baru dari serangkaian Tes Pemahaman Mekanikal (Mechanical Comprehension Test) yang
telah dipersiapkan sebelumnya oleh Bannet. Masing-masing soal berisi situasi
mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan
pertanyaan yang susunan kata-katanya sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang
disajikan menggunakan istilah-istilah yang sederhana, sering ditemui
mesin-mesin atau peralatan yang tidak menyerupai gambar-gambar dalam buku teks
atau memerlukan pengetahuan khusus.
Subtes penalaran mekanikal ini digunakan
untuk dapat mengungkapkan bagaimana mudahnya seseorang menangkap
prinsip-prinsip umum fisika pada saat seseorang melihatnya dalam kejadian
sehari-hari, dan bagaimana baiknya pemahaman seseorang akan hukum-hukum yang
melandasi alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan sederhana.
Siswa yang dapat mengerjakan dengan baik
subtes Penalaran Mekanikal (MR) biasanya suka mencari dan menemukan bagaimana
bekerjanya suatu alat. Mereka biasanya memperoleh skor di atas rata-rata dalam
mempelajari bagaimana menkonstruksi, mengoperasikan, atau memperbaiki
perlengkapan yang rumit. Walaupun Penalaran Verbal (VR) dan Kemampuan Angka
(NA) merupakan predictor terbaik untuk nilai-nilai Ilmu Pengetahuan Alam dan
permesinan di Perguruan Tinggi dan Institut Teknologi, namun skor penalaran
mekanikal yang tinggi merupakan kenyataan tambahan tentang kemampuan dalam
bidang ini.
6.
Relasi Ruang (Space
Relation = SR)
Tipe soal yang direncanakan bagi subtes
tilikan ruang ini menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan
terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu objek
yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan
dalam tes visualisasi struktural. Demikian pula, kemampuan untuk membayangkan
bagaimana suatu objek akan tampak jika diputar-putar dalam beberapa cara
tertentu telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang.
Sifat-sifat yang menonjol dalam
soal-soal ini, yaitu memerlukan pemanipulasian objek-objek dalm ruang tiga
dimensi. Bentuk-bentuk soal yang ada hubungannya dengan ruang dua dimensi tidak
digunakan, karena relatif sedikit memberikan kesempatan. Subtes tilikan ruang mengungkap
yang berhubungan dengan benda-benda konkret melalui visualisasi. Subtes tilikan
ruang dapat mengungkap bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau
membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat dengan hanya melihat
rencana-rencana di kertas yang rata (flat
paper plans), dan bagaimana seseorang berpikir dalam tiga dimensi.
Subtes tilikan ruang mengungkap
kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan
permukaan-permukaan suatu objek yang telah selesai dirancang sebelum dibangun,
dengan hanya melihat gambar-gambar yang akan digunakan sebagai penuntun pekerjaan
bangunan itu.
Siswa yang dapat mengerjakan dengan baik
subtes Tilikan Ruang (SR) ini, memperoleh keuntungan dalam pekerjaan-pekerjaan
seperti membuat bagan, merancang busana, arsitektur, permesinan, konstruksi bangunan,
dan beberapa cabang seni dan dekorasi. Seorang ahli mesin, tukang kayu, dokter
gigi, atau ahli bedah yang baik membutuhkan penghayatan bentuk-bentuk dan
posisi objek-objek dalam ruangan.
7.
Pemakaian Bahasa: Mengeja dan Tata Bahasa (Language Usage: Spelling & Grammar)
Tipe Pemakaian Bahasa terdiri dari dua
sub yaitu Mengeja (Spelling) dan Tata
Bahasa (Grammar). Tes ini terdiri
dari dua tes prestasi belajar yang singkat yang mengukur kemampuan-kemampuan penting
yang perlu dipertimbangkan bersama dengan tes bakat lainnya yang dinilai oleh
Tes Bakat Pembedaan (DAT). Subtes Mengeja (Spelling)
mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam bahasa
Indonesia (Inggris). Skor tes ini merupakan suatu prediktor terbaik dalam kemampuan
mempelajari stenografi dan pengetikan.
Tipe soal yang digunakan dalam subtes
mengeja (spelling) dalam subtes
penggunaan bahasa bukanlah tipe soal-soal yang baru. Kata-katanya dipilih
dengan sangat teliti, yang semuanya diseleksi dari daftar Gate’s Spelling Difficulties dalam 3876 kata. Kata-kata yang
lainnya diseleksi sebagai tajuk rencana yang mereka tonjolkan dalam setiap kosa
kata. Subtes Tata Bahasa (Grammar)
mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengenal kesalahan-kesalahan tata
bahasa, tanda baca, dan pemakaian kata-kata dalam kalimat-kalimat yang mudah.
Subtes ini juga merupakan prediktor yang terbaik dalam kemampuan memperoleh
angka-angka yang baik secara umum di sekolah menengah dan perguruan tinggi.[2]
C.
Prosedur Pelaksanaan dan Penilaian Tes Bakat
Pembedaan (DAT)
1.
Material Tes
a. Buku Tes
Kedelapan subtes dalam DAT edisi tahun
1966 tersedia dalam dua bentuk, Form L dan M, dengan dua buku tes (booklet 1
dan 2). Tiap buku tes memiliki empat subtes, yaitu:
Buku Tes 1 : - Penalaran Verbal (Verbal Reasoning = VR)
- Kemampuan Angka (Numerical Ability = NA)
- Penalaran Abstrak (Abstrac Reasoning = AR)
- Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed and Accuracy =
CSA)
Buku Tes 2 : - Penalaran
Mekanikal (Mechanical Reasoning = MR)
-
Relasi Ruang (Space Relation = SR)
-
Pemakaian Bahasa
I: Mengeja (Language Usage – I : Spelling
= LU-I.
: Sp)
-
Pemakaian Bahasa
II: Tata Bahasa (Language Usage – II :
Grammar
= LU II. :
Gr)
Masing-masing bentuk
juga ada kombinasi Penalaran Verbal (VR) dan Kemampuan Angka (NA) yang
digunakan untuk mengukur Bakat Skolastik (Scolastic
Aptitude).
b. Lembaran Jawaban
Jawaban-jawaban ditandai secara terpisah
dalam lembaran jawaban yang dapat diskors dengan tangan (scoring hand) dan dengan mesin (scoring
machines), sesuai dengan situasinya sendiri. Pemakai tes harus menyadari
keuntungan dan kerugian atau kekuatan dan kelemahan tipe lembar jawaban yang
akan digunakannya.
c. Pensil
Untuk semua tipe lembar jawaban baik
yang dinilai dengan tangan maupun mesin memerlukan pensil yang runcing untuk
mengisi jawaban ke lembar jawaban. Untuk itu, semestinya tester menyiapkan
beberapa pensil yang runcing sebagai persediaan tambahan.
d. Kunci Penskoran atau Penilaian
Kunci penskoran atau penilaian tersedia
untuk tangan dan untuk mesin; tipe kunci penilaian yang akan digunakan
bergantung dengan lembar jawaban yang dipakai.
e. Format Laporan
Individual
Format Laporan Individual dirancang
untuk pelaporan dan pemberian informasi tentang hasil Differential Aptitude Test (Tes Bakat Pembedaan/DAT) untuk
masing-masing individu siswa yang dites. Contoh profil yang telah diisi dengan
kasus aktual direproduksi dalam bentuk format Profil Bakat Individual.
2.
Jadwal Program Testing
a. Prinsip-Prinsip
Umum
(1)
Semua tes harus
diberikan jarak waktu yang relatif singkat, lebih baik dalam periode waktu satu
atau dua minggu.
(2) Testing harus dilakukan dengan waktu terjadwal kalau
siswa telah siap dan dalam keadaan sehat dan bila tidak ada aktivitas-aktivitas
yang mengganggu atau kurang memungkinkan untuk dilakukan. Disarankan
pelaksanaan testing pada pagi hari, dan pertemuan sebaiknya digunakan setengah
hari. Dan tes juga hendaknya jangan diberikan di luar jam sekolah dan tempatnya
juga jangan mengambil tempat yang dapat mengganggu pelaksanaan testing
b.
Jadwal Testing yang Disarankan
(1)
Dua Sesi Testing
Sesi
1 - Kira-kira
120 menit untuk mengisi Buku Tes 1.
Sesi 2 - Kira-kira 115 menit untuk mengisi Buku Tes
2.
Dua sesi mungkin
dilakukan secara berurutan setiap hari atau dengan sampai lima hari di antara
setiap sesi. Jarak waktu untuk setiap sesi ditetapkan untuk lima atau sepuluh
menit untuk istirahat setelah dua tes, jika diperlukan, juga untuk membagikan,
mengumpulkan bahan-bahan, jawaban pertanyaan, dan sebagainya.
(2)
Empat Sesi
Testing
Sesi
2 - Kira-kira
115 menit untuk mengisi Buku Tes 2.
Sesi 1 - Kira-kira 75 menit untuk Penalaran Verbal dan Kemampuan
Angka dalam Buku Tes 1.
Sesi 2 - Kira-kira 45 menit untuk Penalaran Abstrak dan Kecepatan dan
Ketelitian Klerikal dalam Buku Tes 1.
Sesi 3 - Kira-kira 70 menit untuk Penalaran Mekanikal dan Tilikan
Ruang dalam Buku Tes 2.
Sesi 4 - Kira-kira 45 menit untuk Pemakaian Bahasa I: Mengeja dan
Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa dalam
Buku Tes 2.
Empat sesi
mungkin dilakukan secara berurutan atau berselang hari; sesi 1 dan 2 dapat
dilaksanakan pada pagi dan sore hari di hari pertama, dan sesi 3 dan 4 pagi dan
sore hari di hari kedua.
(3)
Enam Sesi
Testing
Sesi
2 - Kira-kira
115 menit untuk mengisi Buku Tes 2.
Sesi
1 - Kira-kira
40 menit untuk Penalaran Verbal dalam
Buku Tes 1.
Sesi
2 - Kira-kira
40 menit untuk Kemampuan Angka dalam Buku Tes 1
Sesi 3 - Kira-kira 45 menit untuk Penalaran Abstrak dan Kecepatan dan
Ketelitian Klerikal dalam Buku Tes 1.
Sesi
4 - Kira-kira
40 menit untuk Penalaran Mekanikal
dalam Buku
Tes 2.
Sesi
5 - Kira-kira
35 menit untuk Tilikan Ruang dalam Buku Tes 2.
Sesi 6 - Kira-kira 45 menit untuk Pemakaian Bahasa I: Mengeja dan
Pemakaian Bahasa II: Tata Bahasa dalam Buku Tes 2.
Sesi-sesi ini
mungkin dilakukan dalam waktu lima hari berturut-turut atau pada pagi dan sore
hari dalam waktu 3 hari berturut-turut.
3.
Pertimbangan Umum Pelaksanaan Tes
a.
Perencanaan Bersifat Esensial
Para siswa yang akan di tes hendaknya dengan
perencanaan administratif yang kuat dan dengan kondisi fisik yang memuaskan.
Administrator dan konselor diharapkapkan menggunakan hasil-hasil tes untuk
tujuan-tujuan yang penting, segera memepengaruhi kemantapan karir konseli.
b.
Pengaturan Waktu
Agar memperoleh skors tes yang
bermanfaat, maka dituntut agar administrator tes mengikuti batas waktu yang
telah ditetapkan. Alat-alat pengaturan waktu yang dapat digunakan sebagai
berikut:
(1)
Interval timer
(2)
Stopwatch
(3)
Jam dinding yang
bias diatur kedua jarumnya
(4) Jam tangan/arloji (jam saku) dengan jarum yang bias
diatur
Saat mulai dan berhenti, waktu harus
dituliskan (dicatat) segera setelah tanda mulai diberikan. Ini mempermudah
pengaturan waktu secara tepat.
c.
Mempersiapkan Meterial
Untuk menghindari kekacauan dalam ruang
kelas, baiknya disusun atau diatur semua bahan-bahan atau materi testing
sebelum sesi testing dimulai. Dan sebaiknya satu atau dua hari sebelum testing,
material tes telah disiapkan. Lembar tes dan jawaban yang akan digunakan dalam
tiap kelompok hendaknya dihitung dan dimasukkan ke dalam amplop besar.
Masing-masing amplop harus diberikan tanda dengan informasi tertentu, misalnya
nomor ruangan, buku tes 1 atau 2, form, tanggal dan waktu testing, serta jumlah
buku tes dan lembar jawaban.
d.
Kondisi-Kondisi Fisik
Testing hendaknya dilakukan di dalam
ruangan. Ruangan di mana tes itu dilaksanakan harus memperoleh cahaya yang
baik, suhu udara dalam ruangan harus nyaman, serta memiliki ventilasi yang
baik. Para siswa yang hendak di tes harus duduk terpisah cukup jauh, memiliki
tempat kerja (meja) yang permukaannya rata dan cukup luas.
4.
Langkah-Langkah Pelaksaan Tes
a.
Langkah Pertama
: Pengantar
b.
Langkah Kedua : Pensil
c.
Langkah Ketiga :
Lembar Jawaban dan Buku Tes
d.
Langkah Keempat
: Membaca Petunjuk
e.
Langkah Kelima :
Pengaturan Waktu
f.
Langkah Keenam :
Tes Berikutnya dan Pengumpulan Material
g. Langkah Ketujuh : Catatan Testing
5.
Prosedur Penilaian (Penskoran)
Differential
Aptitude Tes (DAT) dapat dinilai
(diskorsing) dengan tangan (hand scoring)
maupun dengan mesin (machines scoring).
Kuncinya berbeda antara Form L dan M. Skors untuk masing-masing tes adalah
jumlah jawaban yang benar. Hanya satu jawaban yang diperbolehkan untuk masing-masing
item dalam setiap tes. Hendaknya dikemukakan bahwa untuk tes Kecepatan dan
Ketelitian Klerikal yang dinilai hanya Bagian II. Skors mental maksimum untuk tiap
tes adalah sebagai berikut
TABEL 1
|
TES
|
SKOR MAKSIMUM
|
|
Penalaran
Verbal (VR)
Kemampuan
Angka (NA)
VR + NA
Penalaran
Abstrak (AR)
Kecepatan dan
Ketilitian Klerikal (CSA)
Penalaran
Mekanis (MR)
Tilikan Ruang
(SR)
Pemakaian
Bahasa :
I.
Mengeja (LU-I;
Spell)
II.
Tata Bahasa
(LU-II; Grammar)
|
50
40
90
50
100
68
60
100
60
|
Bila dinilai
atau diskors dengan manual, diperlukan untuk memeriksa lembar jawaban untuk
menentukan apakah siswa menandai dua pilihan atau lebih terhadap beberapa item.
Jika ada dua pilihan atau lebih ditandai untuk satu item, item tersebut harus
diabaikan dari penilaian.
D.
Norma-Norma dan Profil
Norma-norma untuk Differential Aptitude Test dinyatakan dengan peringkat persentil (percentile ranks) dan dengan stanine,
disajikan untuk masing-masing skors tes dengan tepat. Prosedur untuk
mengkonversikan skors mentah ke dalam persentil adalah dengan menemukan skors
mentah untuk tes tertentu dalam tabel yang sesuai dengan form, kelas, atau
tingkat, dan jenis kelamin.
Skors dalam tes DAT tertentu memberikan informasi
yang kritis. Semakin ditekankannya identifikasi kemampuan siswa sejak dini,
maka semakin bertambah atau meningkatnya penggunaan DAT. Dalam beberapa situasi
tertentu, kombinasi skors DAT telah digunakan untuk seleksi siswa dan
menempatkannya dalam kelompok mata pelajaran tertentu, atau untuk
mengidentifikasi siswa untuk mendorong melanjutkan pendidikannya. Dengan
demikian, dituntut adanya beberapa kombinasi norma-norma DAT.
Walaupun suatu kombinasi dalam jumlah besar telah
ditetapkan, tetapi salah satu kombinasi yang tampak paling sesuai untuk tujuan
ini adalah Tes Penalaran Verbal (VR) dan Tes Kemampuan Angka (NA). Biasanya
kemampuan yang diukur oleh tes ini telah digambarkan dengan yang disebut Tes Intelegensi, atau disebut juga Tes Bakat Skolastik.
Persentil
menunjukkan bagaimana kedudukan atau peringkat tes seseorang dalam suatu tes
dalam perbandingannya dengan laki-laki atau perempuan yang setingkat. Persentil
tidak menunjukkan seberapa banyak pertanyaan (atau berapa persen di antara
pertanyaan) yang dapat dijawab seseorang dengan benar.
E.
Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test) untuk Tujuan
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana
bakat, potensi atau kemampuan siswa yang penting bagi kemajuan pendidikan dan
pilihan kariernya, maka para siswa di sekolah perlu untuk menempuh tes bakat
tertentu. Dengan mengikuti tes bakat diharapkan agar sekolah (konselor) dapat
memprediksi dengan sebaik-baiknya tentang bagaimana perkembangan yang
diharapkan siswa di sekolah dalam menyongsong kariernya di masa depan.
Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan sebagaimana telah
diuraikan di atas adalah salah satu contoh dari beberapa perangkat tes bakat
yang dapat dipergunakan untuk membantu sekolah dalam menentukan arah pilih
program/jurusan siswa dan menempatkannya dalam lapangan pekerjaan, jabatan, dan
karier yang tepat.
Untuk mampu menggunakan tes semacam ini pada
konselor atau guru pembimbing, dituntut kemampuannya terutama :
a.
Memilih tes-tes
yang cocok dan dibutuhkan siswanya di sekolah.
b.
Terlatih dan
terampil melaksanakan prosedur penskoran.
c.
Mampu
menginterpretasi dan memprediksi makna skors yang diperoleh siswa.
d.
Mengkomunikasikan
interpretasi dan prediksi hasil tes tersebut tanpa menimbulkan dampak tertentu
bagi siswa terutama goncangan emosional.
F.
Analisis Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test)
Instrumen Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Test) dapat
dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut:
1.
Langkah-Langkah
Pelaksanaan Tes
a. Memberikan
petunjuk umum kepada para siswa tentang manfaat tes dengan uraian dengan kata-kata
yang sederhana yang berkaitan dengan tes yang diberikan (setiap subtes)
b. Penyediaan
alat-alat tulis. Jika tes akan dinilai dengan manual maka usahakan agar setiap
siswa memiliki dua pensil.
c. Pembagian
lembar jawaban yang tepat dan buku tes.
d. Membaca
petunjuk untuk setiap subtes dalam buku tes itu sendiri.
e. Pengaturan
waktu pelaksanaan tes untuk setiap subtes sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan (sebaiknya memakai stop watch).
f.
Pengumpulan bahan-bahan termasuk buku
tes dan lembar jawaban yang telah diisi.
2.
Prosedur
Penskorsan (Penilaian)
a. Memeriksa
lembar jawaban untuk menentukan apakah siswa menandai dua piihan atau lebih.
b. Menyiapkan
kunci jawaban dengan kunci berjendela (window
key) yang dibuat dari blangko lembar jawaban yang kosong. Pilihan yang
benar dalam alternatif yang disediakan dilubangi.
c. Penskoran
dengan cara menempatkan kunci jawaban dengan sistem kunci berjendela tepat di
atas lembar jawaban siswa untuk setiap subtes.
d.
Menghitung semua tanda (X) yang tampak
dalam lubang kunci jawaban, berjendela. Semua tanda (tanda silang) yang dilihat
melalui kunci berjendela tadi diperoleh skors mental (raw score).
3.
Tahap-Tahap
Analisis
Tahap-tahap analisis Skors Tes Bakat
Pembedaan untuk tujuan penentuan pemilihan program atau jurusan di SMA adalah
melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengkonversikan skors mentah
kedalam skors standar. (2) mencari persentil rata-rata untuk setiap kelompok
bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program/jurusan. (3) membuat profil hasil
pengukuran Tes Bakat Pembedaan. (4) kesimpulan, dan (5) rekomendasi.
a.
Mengkonversikan
skors mentah ke dalam skors standar
Skors
Mentah (RS) yang telah diperoleh individu siswa dalam masing-masing subtes,
dikonversikan ke dalam tabel yang telah disediakan. Tiap-tiap subtes memiliki
tabel konversi. Dengan demikian ada delapan tabel konversi.
b.
Mencari
persentil rata-rata untuk setiap kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu
program/ jurusan
Setelah diperoleh persentil tiap-tiap
siswa dalam masing-masing subtes, maka langkah selanjutnya adalah mencari
persentil rata-rata untuk setiap kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu
program tertentu. Maksud dari persentil rata-rata ini adalah untuk menentukan
program/ jurusan di SMA yaitu program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), dan (3) Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB).
Untuk dapat menentukan program/ jurusan
yang cocok untuk para siswa tersebut haruslah diperhitungkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.
Cocok
untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) apabila
rata-rata persentil subtes Kemampuan Angka (NA), Tilikan Ruang (SR), dan
penalaran mekanis (MR) di atas persentil 65 dan tidak ada persentil di bawah
45.
2.
Cocok
untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
apabila rata-rata persentil untuk subtes Penalaran Verbal (VR), Kemampuan Angka
(NA) dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (CSA) berada di atas persentil 65,
dan tidak ada persentil di bawah 45.
3.
Cocok
untuk program/ jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa, apabila
rata-rata persentil untuk subtes Penalaran Verbal (VR), Penggunaan Bahasa:
Mengeja (Sp) dan penggunaan bahasa: Tata Bahasa (Gr) berada di atas persentil
65, dan tidak ada persentil di bawah 45.
c.
Membuat
profil hasil pengukuran tes bakat pembedaan
Profil hasil pengukuran tes bakat
pembedaan dibuat berdasarkan skors persentil yang diperoleh masing-masing siswa.
d.
Kesimpulan
Kesimpulan dibuat berdasarkan profil
hasil pengukuran tes bakat pembedaan yang telah dibuat untuk masing-masing siswa
dengan ketentuan sebagai berikut :
75 -
100 Sangat berbakat
50 -
74 Berbakat
25 -
49 Kurang berbakat
0 -
24 Tidak berbakat
e.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas dalam
rangka penelitian program/ jurusan di SMA maka dapat di buat rekomendasi.
G.
Contoh
Pelaksanaan Tes Bakat Pembedaan
Untuk
lebih jelasnya bagaimana caranya menganalisis Tes Bakat Pembedaan (Differential Aptitude Tests) dibawah ini
diberikan contoh pelaksanaan pengukuran tes Bakat Pembedaan yang dilaksanakan
secara kelompok, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menskors
Lembar Jawaban
Penskoran DAT dilakukan dengan cara
menggunakan kunci berjendela dari masing subtes, dengan cara menempatkan kunci
jawaban tepat di atas lembar jawaban siswa. Skors terhadap jawaban yang benar
diberi skors 1 (satu). Dengan demikian semua jawaban yang tampak dari lubang
kunci jawaban adalah skors keseluruhan yang diperoleh siswa untuk masing-masing
subtes.
2.
Membuat
Tabel Skors Mentah
Pembuatan tabel skors mentah bertujuan
untuk memasukkan hasil, penskorsan yang diperoleh pada langkah kolom sebagai
berikut, yaitu: (1) Nomor Urut, (2) Nama Siswa, (3) Nomor Induk, (4) Umur, (5)
Jenis Kelamin, dan kolom (6) Sampai Kolom (13) Aspek-aspek dari ke 8 subtes
bakat pembedaan dan (14) Keterangan.
3.
Mengonversikan
Skors Mentah (raw score) ke Skors Persentil (standar)
Skors Mentah (raw score) yang telah diperoleh individu siswa dalam masing-masing
subtes dikonversikan ke dalam tabel persentil masing subtes yang telah
disediakan. Tiap subtes dari Tes Bakat Pembedaan (DAT) ini memiliki tabel
persentil tersendiri.
Tiap-tiap tabel persentil disediakan
mulai dari kelas VIII SMP sampai dengan kelas XII SMA (grade 8 sampai grade 12)
dan menyajikan pula dalam form L dan M, jenis kelamin dan semester satu atau
dua. Caranya skors mentah yang diperoleh individu siswa dari masing-masing
subtes bakat pembedaan dicari dalam tabel persentil (disesuaikan dengan form
yang digunakan, kelas, semester, jenis kelamin) ditarik ke samping kanan atau kiri
pada kolom paling luar pada tabel persentil. Posisi inilah yang menentukan
persentil dari skors mentah yang dikonversikan untuk setiap subtes.
TABEL
2
Skors Mentah Bakat Pembedaan
Kelas : X.1
Semester :
Tahun
Pelajaran :
Sekolah :
|
No
|
Kode
Nama
|
NIS
|
Umur
|
JK
|
ASPEK-ASPEK
BAKAT PEMBEDAAN
|
Ket
|
|||||||
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
|
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
|
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
|
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
|
35
50
26
25
37
37
27
27
32
34
42
25
35
10
31
25
35
23
34
17
|
80
32
23
27
27
35
24
30
34
27
26
27
33
26
27
28
29
17
26
24
|
64
40
38
30
41
39
44
30
33
28
40
30
30
39
38
39
38
36
31
36
|
53
48
44
49
45
47
45
48
48
50
48
49
47
49
49
44
48
45
45
44
|
48
53
37
51
43
43
48
42
49
45
52
36
48
48
41
39
51
35
44
42
|
68
60
53
59
61
59
49
61
53
59
57
56
60
50
61
61
60
50
57
45
|
89
68
79
88
86
81
84
80
88
87
86
80
87
88
88
74
74
70
88
89
|
52
40
43
49
41
49
44
45
48
47
48
33
43
51
50
46
48
36
56
48
|
|
Berdasarkan tabel Skor Mentah Tes Bakat
Pembedaan yang telah disajikan di atas, maka dapat dibuat tabel tabulasi Skor
Persentil Bakat Pembedaan sebagai berikut :
TABEL
3
Skors Persentil Bakat Pembedaan
Kelas : X.1
Semester :
Tahun
Pelajaran :
Sekolah :
|
No
|
Kode
Nama
|
NIS
|
Umur
|
JK
|
SKORS
PERSENTIL ASPEK-ASPEK BAKAT PEMBEDAAN
|
Ket
|
|||||||
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
|
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
|
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
|
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
|
90
99
45
40
75
80
45
50
65
70
95
40
70
5
60
40
70
35
70
20
|
60
80
45
60
65
90
60
80
80
65
5
65
85
55
65
70
70
25
65
55
|
80
80
70
30
80
75
95
35
45
30
80
35
30
75
65
70
70
60
35
55
|
97
85
80
90
90
80
90
95
85
95
85
95
85
90
95
90
85
80
90
90
|
85
65
15
60
70
25
45
65
50
75
60
30
45
45
60
50
60
10
75
65
|
80
60
60
80
70
80
45
70
60
60
75
59
80
50
70
70
85
50
50
15
|
85
55
75
90
75
80
85
60
90
80
85
60
80
90
80
45
65
60
60
85
|
60
85
90
97
75
97
90
85
95
90
95
45
90
97
95
85
95
75
75
90
|
|
4.
Mencari
Persentil Rata-rata untuk Kelompok Bakat yang Dipersyaratkan bagi Pemilihan
Program/ Jurusan Tertentu
Setelah diperoleh skors persentil bagi
tiap-tiap siswa untuk masing-masing subtes, maka seterusnya dicari skors
rata-rata untuk kelompok bakat yang dipersyaratkan untuk suatu program
tertentu. Misalnya : Untuk siswa nomor urut atas nama AYU.
a.
Skors rata-rata untuk program/ jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dihitung dengan rumus:
NA+SR+MR = 85+95+85
= 88,3
3 3
b.
Skors rata-rata untuk program Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dihitung dengan rumus:
VR+NA+CSA
= 40+85+50 = 58,33
3 3
c.
Skora rata-rata untuk program Ilmu
Pengetahuan Bahasa (IPB) dihitung dengan rumus:
SN+VR+SP
= 40+65+95 = 66,67
3
3
Langkah-langkah selanjutnya adalah
mengisi tanda lingkaran pada persentil rata-rata yang memenuhi persyaratan (di
atas persentil 65), tetapi tidak dapat di terima karena ada salah satu atau
lebih kelompok bakat persentilnya di bawah persentil 45.
Profil yang dimaksud adalah berupa
gambaran tentang aspek-aspek bakat pembedaan yang dimiliki oleh masing-masing
individu siswa yang di tes. Untuk menggambarkan profil bakat siswa dengan cara
membuat garis tabel pendek pada persentil yang dicapai dalam masing-masing
subtes bakat.[3]
TABEL
4
Persentil
Rata-Rata untuk Setiap Kelompok Bakat yang Dipersyaratkan untuk suatu Jurusan/
Program Tertentu
|
No
|
Kode
Nama
|
NIS
|
Umur
|
JK
|
PERSENTIL
RATA-RATA
|
Rekomendasi
|
||
|
IPA
|
IPS
|
IPB
|
||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Ayu
Harry
Robert
Thomas
Wati
Made
Gede
Hely
Tomo
Heny
Ngurah
Putri
Ketut
Hadi
Yuly
Mary
Hendro
Mandi
Yoga
Raka
|
6160
6161
6163
6164
6165
6166
6167
6168
6169
6170
6171
6172
6173
6174
6175
6176
6177
6178
6179
6180
|
17
16
17
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
17
16
18
16
17
15
17
|
P
L
L
L
P
L
L
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
L
P
P
|
88,33
76,67
46,67
70,00
75,00
63,33
65,00
71,67
71,67
78,33
66,67
63,33
71,67
63,33
73,33
70,00
71,67
38,33
76,67
70,00
|
58,33
79,67
50,00
60,00
70,00
83,33
50,00
58,33
68,33
65,00
75,00
51,67
78,33
36,67
65,00
60,00
75,00
36,67
61,67
30,00
|
66,67
79,67
70,00
75,67
75,00
85,67
73,33
65,00
83,33
80,00
91,67
48,33
80,00
64
76,67
56,67
76,67
56,67
83,00
65,00
|
IPA, IPB
IPS, IPB, IPA
IPB
IPB, IPA
IPA, IPB, IPS
IPB, IPS
IPB
IPA
IPB, IPA, IPS
IPB, IPA
IPB, IPS, IPA
------------
IPB, IPS, IPA
------------
IPB, IPA
IPA
IPB, IPS, IPA
-------------
IPB, IPA
IPA
|
5.
Kesimpulan
a.
Sangat berbakat
Dalam
Penalaran Abstrak (AR)
Tilikan
Ruang (SR), Penalaran Mekanis (MR) dan Penggunaan Bahasa: Tata Bahasa (SN)
b. Berbakat
Dalam Penggunaan Bahasa: Mengeja (SP)
c. Kurang
Berbakat
Dalam Penalaran Verbal
(VR) dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (CSA).
6.
Rekomendasi
Cocok
untuk memilih program/ Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau program/
jurusan IPB (Ilmu Pengetahuan Bahasa).
H.
Peranan
Tes Bakat Pembedaan dalam Pemilihan Program Studi dan Karier
Setelah
para siswa memahami bakat-bakat yang dimilikinya berdasarkan profil hasil
pengukuran tes bakat pembedaan yang diberikan kepada para siswa, maka konselor secara
langsung berperan sebagai bahan informasi yang bermakna dan akurat kepada siswa
terutama dalam membantu mereka mengambil jenis-jenis keputusan yang bersangkut
paut dengan pemilihan program (jurusan) di SMA atau memilih studi sambungan
setelah tamat sekolah, serta karier-karier yang perlu dipertimbangkan untuk
menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Sedangkan
bagi sekolah skors tes bakat pembedaan ini akan bermakna terutama untuk
membantu menentukan siswa-siswa manakah yang cocok untuk di tempatkan dalam
program-program atau kegiatan ekstrakurikuler tertentu.
Hasil
pengukuran bakat ini bukanlah secara tepat memberikan suatu keputusan yang
pasti dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam studi dan
karier, tetapi skors-skors bakat ini hanya merupakan suatu informasi pelengkap
yang dapat dipercaya guna membantu para siswa untuk menjawab pertanyaan dalam
bidang pendidikan dan karier. Jadi, tes ini bukanlah prediktor yang sempurna
sebab tes ini bukanlah memberikan jaminan mutlak kepada para siswa yang
memiliki skors yang tinggi akan berhasil, karena masih banyak faktor-faktor lain
yang berpengaruh dan menentukan misalnya terlalu santai dalam belajar,
bermalas-malas, serta faktor-faktor lain yang tidak dapat dijangkau oleh tes
ini.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan pada
Bab terdahulu, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa :
1. Differential
Aptitude Test
(DAT), dikembangkan pada tahun 1947 dengan memandukan prosedur ilmiah dan
prosedur pembakuan untuk mengungkap kemampuan (ability) pria dan wanita pada siswa kelas IX SMP sampai dengan
siswa kelas XII SMA/SMK untuk tujuan bimbingan kependidikan dan bimbingan
karir.
2. Tes ini dibuat dengan maksud agar
dapat mengukur kemampuan mental dari beberapa faktor bukan hanya satu faktor
saja sehingga skor yang dihasilkan tidak pula hanya satu akan tetapi ada
beberapa sesuai dengan kemampuan yang diukur.
3. DAT
memiliki 8 subtes, yaitu :
1.
Verbal Reasoning (VR)
2. Numerical
Ability (NA)
3. Abstract
Reasoning (AR)
4. Space
Relation (SR)
5. Mechanical
Reasoning (MR)
6. Clerical
Speed And Acurary (CSA)
7. Language
Usage -Part I : Spelling (LU-I : Sp)
8. Language Usage – Part II : Grammar
(LU-II : Gr)
B.
Saran
Dalam mempelajari Differential
Aptitude Test (DAT)/Tes Bakat Pembedaan, akan sangat membutuhkan banyak referensi/sumber agar hasil yang didapatkan bisa memuaskan
para pembaca. Maka
dari itu kami sebagai
penulis
mengharapkan kritik dan saran dari Ibu dosen dan teman-teman untuk menyempurnakan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah kami ini dapat berguna dan menambah wawasan untuk
kita semua terutama bagi pemakalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukardi,
Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. 2008.
Analisis Tes Psikologis: Teori & Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Anastasi. A. 2003. Psychological Testing. Jilid
I dan II. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Indek Gramedia Grafindo.
Nurhayadi, Muhammad. 2009. Tes Bakat. sekarpsikologi.blogspot.com. 03 Juni 2009 Jam 02:56.
Purwanto, Ngalim. 2009. Perbedaan
– Perbedaan Dalam Bakat. psikologi45.blogspot.co.id. 09 Januari 2014. Jam
06. 54
[1] Dewa Ketut Sukardi dan Desak
P.E. Nila K. Analisis Tes Psikologis:
Teori & Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta.2009), hal 112
[2] Ibid, hal 112-139
[3] Ibid, hal 142-166
[4] A.
Anastasi. Psychological Testing.
Jilid I dan II. Edisi Bahasa Indonesia.
(Jakarta: PT Indek Gramedia Grafindo. 2003), hal 265